Sabtu, 09 Agustus 2008

ANATOMI, DINAMIKA DAN TRANSFORMASI KONFLIK

BAB I

Konflik dapat menjadi alat yang efektif dalam percaturan intemasional. Ia dapat mengemban fungsi sebagai upaya untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuatan (power), memelihara kohesifitas internal dan memperluas hubungan ke luar. Kekerasan seringkali merupakan alat yang ampuh untuk bargaining position. Meskipun demikian penyelesaian konflik selalu merupakan tujuan yang secara politik paling diharapkan, karena hal itu mengurangi kurban jiwa manusia, mencegah disorganisasi suatu negara bangsa dan memulihkan stabilitas dalam hubungan luar negeri mereka. Penyelesaian konflik (conflict resolution) adalah suatu jalan menuju perdamaian, sekurang kurangnya perdamaian negatif, dan mempunyai fungsi lain, misalnya menjamin stabilitas politik dan kesinambungan pembangunan sosial maupun ekonomi.

Pendekatan Studi Konflik. Sebagai bidang kajian yang mempelajari sebab, bentuk dan jenis jenis persengketaan, pada umumnya anatomi konflik menggunakan pendekatan struktural, pendekatan tingkahlaku, dan pendekatan institusional. Pendekatan struktural hampir selalu beranggapan.. bahwa konflik terjadi terutama karena ketimpangan pemilikan sumberdaya, terutama sumberdaya ekonomi dan politik. Pendekatan perilaku lebih banyak mempersoalkan aspek psiko-sosial, antara lain naluri agresi, sosialisasi alat politik, dan fakior-faktor historis.

PendekeLan institusional iebih banyak mempersoalkan kemampuan lembaga-lembaga intemasional untuk menampung aspirasi masyarakat intemasional.

-Komf74. Ketiga pendekatan tersebut diatas bersifat komplementer dan tidak saling mutually exclusive; tidak terdapat satu pendekatan pun yang secara sempurna mampu menjelaskan sebab-sebab terjadinya konflik. Ketimpangan sosial politik dan/atau perbedaan ideologi, misainya, tidak akan menjadi konflik yang berkepanjangan kalau saja terdapat suatu mekanisme untuk memperbaiki distribusi kekuatan sosial politik. Naluri agresi sesuatu negara kecil kemungkinannya merjelma menjadi suatu ofensi jika pihak lawanmempunyai strategi dan struktur penyangga penangkalan yang meyakinkan.

Karena kesulitan itulah maka pada umumnya ahli hubungan intemasional hanya mengatakan bahwa konflik selalu bersifat multi-causal (Jones and Rosen, 1982: 363395). Wallensteen menyebut empat faktor penyebab konflik, yaitu Wpolitik (misalnya sengketa perbatasan), realpe4tik (misalnya mengenai kemampuan militer), kapitalpolitik (misalnya ketimpangan pemilikan sumberdaya ekonomi), dan idealpolitik (misalnya, bentuk-bentuk legitimasi ideologis). Jones dan Rosen menyebut beberapa sebab, antara lain, naluri agresi, kekeliruan persepsi mengenai tingkahlaku dan intensi pihak lawan, internasionalisasi Darwinisme sosial, deprivasi ekonomi, perlombaan senjata, sentimen primordial, dan gangguan terhadap pola perimbangan kekuatan. Secara terpisah maupun bersama-sama dapat menimbulkan konflik kekerasan, baik antar negara (inter-state war) maupun perang saudara (civil-war).

Sifaom,Ww Konflik. Menurut sifatnya, konflik dapat dibedakan menjadi konflik fundamental (fundamental conflicts) dan konflik aksidental (accidental conflicts). Konflik fundamental adalah pertikaian yang berakar pada perbedaan yang mendasar. Konflik jenis ini dapat bersumber pada soal territorial yang mempunyai nilai strategis dan ekonomi penting, tradisUkebudavaan, agama, nasionality. Konflik funaamental mungkin tidak berakhir pada kalah atau menangnya salah satu pihak dalam konflik itu, dan karena sifatnya yang fundamental, konflik jenis ini mungkin berulang kembali. Konflik aksidental, atau disebut juga konflik transiter (transitory conflict) adalah pertikaian yang berkembang karena perubahan lingkungan internasional. Meskipun konflik Jenis ini kecil kemungkinannya untuk terjadi lagi di masa-masa mendatang, ia bisa berakhir dengan kekalaharv'kemenangan bagi salah satu pihak. Masalah ini kemudian membuahkan soal apakah suatu konflik dapat dikendalikan atau tidak dapat dikendalikan.

T094ogj Konflik. Perbedaan jenis konflik dapat dibedakan menurut beberapa pola dari pengendalian diri yang dilakukan oleh salah satu pihak (self-control) maupun oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik (mutual-control). Menurut Anatol Rapoport, konflict dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: perdebatan (debates), permainan (games), dan pergumulan (fights).


a. Ber4ebe-om: pola kon-flik di mana masing-masing pihak sermakali mengubah motif, nilai dan pandangannya mengenai apa yang sesun-guhnya tejadi.

b. Permainan: konflik diasuinsikan sebagai berlangsung dalam suasana rasional yang ditandai dengan takt;k (sincyle moves and short sequence of moves' dan strategi (longer patterns and sequence of moves).

c. pergumulan: Quasy-automatic types of conflict ditentukan oleh dilemma keamanan, eskalasi, akselerasi/deselerasi konflik sebagai akibat

dari biaya, tekanan pollitik domestik, dan ketersediaan sumberdaya dsb. Ter-masuk dalam katoaori ini adalah perang terbatas dan perang total.

Dinamika Konflik : Pengei'olaan Konflik dati Resohisi Kotflik

Antara perdamaian dan peperangan terbentang suatu spektrum yang luas, mulai dari perriyataan-pernyataan yang dinilai kurang bersahabat, persaingan, embargo, boikot, ancaman, intervensi, operasi militer pada tingkat rendah dan terbatas, sampai pada perang terbuka (Wright, 1964: hal. 434). Dengan kata lain, konflik biasanya bersifat eskalatif dan untuk setiap tingkat dapat dijawab dengan menggunakan instrumen (sumberdaya militer maupun non-militer) dan strategi tertentu (solusi militer maupun diplomasi).

Pengelolaan konflik (cotflict management) berpijak pada beberapa prinsip, antara lain membatasi tentang apa yang disebut sebagai kepentingan nasional, menjalin komunikasi dengan pihak lawan, mengekang diri dalam penggelaran. kekuatan militer, memutus akses lawan secara selektif, dan menggunakan strategi ganda diplomasi dan militer. Harus diingat bahwa pihak lawanpun mungkin menggunakan strategi yang sama, sehingga keduabelah pihak berada dalam suatu kompetisi pengambilan risiko (competition in risk-taking).

Penyelesaian konflik (conj7ict resolution) didefinisikan sebagaii suatu proses mencari peluang penyelesaian konflik di mana setiap pelaku tidak lagi merasa perlunya melanjutkan perselisihan dan mengakui bahwa dengan begitu mungkin mereka dapat memperoleh keuntungan tertentu. (Nicolson, 1991: h. 59). Definisi lain mengatakan bahwa penyelesaian konflik adalah sesuatu proses yang berkaitan denganbagaimana menemukan jalan untuk meneakomodasi kepentingan eksplisit dari pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa (Wu;' ~..;.'een, 1991 ~ p. 129).

Tranformasi Konflik. Benarkah konflik dapat diselesaikan? Apakah kemenangan salah satu pihak dalam setiap konflik, atau bahkan perang, dengan sendirinya mengakhiri dinamika persengketaan dan mencegah kemungkinan timbulnya silang selisih yang sama di kelak kemudian hari? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini kemudian melahirkan suatu konsepsi baru dalam pengkajian strategi, yaitu transformasi konflik (conflict transformation). Setiap konflik sesungguhnya selalu mengalami transformasi, meskipun usaha-usaha pengendalian tidak memperlihatkan hasil nyata. Beberapa aspek yang dapat'mengalami transformasi adalah pelaku yang terlibat dalam konflik, isyu-isyu utama yang menjadi sumber konflik, aturan konflik, and struktur konflik.

Transformasi pelaku dapat tei:jadi baik karena perubahan politik internal pada salah satu atau keduabelah pihak yang terlibat dalam suatu konflik maupun karena keterlibatan suatu pelaku baru. Yang disebut belakangan ini seringkali lebih menentukan laju transformasi konflik, karena masuknya pelaku baru dalam ajan" sengketa dengan sendirinya memperluas kernungkinan penyelesaian konflik dan mengubah pola bangunan koalisi. Transformasi isyu men-ubah agenda politik dari konflik; ia mengurangi kepentingan relatif dari suatu isyu yang semula mengawall terjadinya konflik dan, pada saat yang sama, meneka.iikan isyu baru yang mungkin merupakan titik-singgung dari kepentingan bersama bagi pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.

Diantara berbaga-1 kerniirigkinan transformasi -itu, yang paling penting adalah transformasi struktur. Struktur eksternal dari konflik akan mengalami tMnsformasi jika terjadi perubahan distribusi kekuatan diantara para pelaku, atau Jika hubungan diantara mereka mengalami perubahan yang kualitatif sifatnya, Ini bisa melibatkan perubahan dalam huburigan komunikasi- dan kesalingtergantungan antar aktor yang membuka peluang baru berupa isolasi atau inteal-asi aktor dalarri percaturan internasional.

Penutup

Seperti halnya dengan sengketa- sengketa yang lain, perang (violent conflicts) dapat berakhir dengan kemenangan mutlak bagi salah satu pihak (bitter-end conflict), dapat pula berakhir dengan kelangsungan hidup setiap pihak yang terlibat didalarnnya Uoinlsurvival), meskipun tentu saja terjadi pergeseran kedudukan relatif mereka pada situasi pasca-conflict. Perang-perang modern -- sepei-ti Perang Dunia 11, perang IndoPakistani tahun 1964 dan 1971, maupun perang China-India tahun 1962 -- pada umumnya berakhir dengan joint survival. Banyak faktor yang dapat mencegah, dan diperkirakan menentukan hasil akhir, suatu konflik; tetapi faktor yang paling menentukan, sekurang-kurangnya dalam penalaran pengka~lian strategi, adalah tebusan terbesar yang harus dibayar untuk skala keuntungan tertentu yang diharapkan. Prinsip inilah yang kemudian melahirkan konsep dan teori penangkalan.


Bacaan

Jones, Walter S. and Steven J. Rosen, The Logic of International Relations. Boston: Little Brown, 1982.

Vayrynen, Raymo (ed.). New Directions on Conflict Theory: Conflict Resolution and Conflict

Transformation. London: Sage Publications, 1991.

Wright, Quincy. A Study of War. Chicago: Chicago University Press, 1964.




Tidak ada komentar: