Kamis, 07 Agustus 2008

IDINAMIKA PERSENJATAAN: PERLOMBAAN DAN MODERNSASI

Pengantar
Perlombaan senjata merupakan salah satu sub-bidang kajian yang rumit dalam pengkajian strategis. Sulit membedakan antara apakah peningkatan kemampuan persenjataan suatu negara merupakan bagian dari "perlombaan senjata" dengan negara lain atau sekedar usaha untuk "mempertahankan diri" atau bahkan hanya untuk memelihara "status quo" hubungan keamanan dalam suatu kawasan tertentu. Ini merupakan salah satu sebab mengapa selama ini tidak terdapat kajian yang cukup komprehensif mengenai perlombaan senjata. Menarik untuk disimak mengapa bidang kajian ini sering dianggap tidak memperoleh tempat khusus dan sepadan dalam kajian hubungan internasional (Bellamy, 1975: 129), dan bahkan tidak tercantum dalam indeks sebuah buku yang secara jelas mempelajari "strategi" (misalnya Baylis et al, 1975). Tampaknya hal itu bermula dari kerancuan konseptual, maupun kesulitan untuk memahaminya dari konteks logika, proses maupun implikasinya bagi interaksi strategis dalam hubungan antar negara.

Kerangka Konseptual
Perkembangan teknologi dan penemuan senjata-senjata baru telah memainkan peranan penting dalam Hubungan Internasional terutama karena ia menentukan arah perlombaan senjata (arms race) dan dengan demikian mempertanyakan sampai seberapa jauh peningkatan kemampuan pertahanan suatu negara benar benar mampu meningkatkan ketahanan nasionalnya.
Perlombaan senjata didefinisikan sebagai "penyesuaian kemampuan mesin perang secara berulang, kompetitif dan timbal balik (reciprocal) antara dua negara atau dua kelompok negara" (Steiner, 1973: 5). Huntington melihat dari segi kapan peristiwa dinamika itu terjadi dengan mendefinisikannya sebagai "peningkatan kemampuan persenjataan suatu negara atau kelompok negara secara progresif yang terjadi pada masa damai yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan dan saling ketakutan" (Huntington, 1958: 41). Hedley Bull mendefinisikan perlombaan senjata sebagai "kompetisi yang intens antara negara atau kelompok negara yang saling bertentangan di mana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai keunggulan kekuatan militernya dengan cara meningkatkan kuantitas atau memperbaiki kualitas sistem persenjataannya" (Bull, 1961: 5).
Masih banyak definisi yang dapat dirangkum. Definisi-definisi yang dikutip di atas mencerminkan beberapa unsur pokok, yaitu
(a) pihak yang berlawanan;
(b) usaha untuk mencari keunggulan militer;
(c) terjadi pada rnasa damai/tidak perang;
(d) proses terjadi secara kompetitif, timbal balik, dan eskalatif.
Ia bisa menitikberatkan pada aspek kualitatif dan kuantitatif dari perkembangan teknologi militer, pada konsekuensinya terhadap hubungan antar negara dalam masa damai, dan pada pengaruhnya terhadap stabilitas interaksi penangkalan.

Dalam implikasinya bagi hubungan antar negara, perlombaan senjata mencerminkan apa yang oleh Barry Buzan disebut sebagai "self-stimulating persaingan militer antar negara di mana usaha peningkatkan kemampuan pertahanan salah satu pihak menimbulkan ancaman baru bagi pihak lain" (Buzan, 1989: 69). Sementara implikasinya dalam interaksi strategis terlihat dari konsep yang kemudian dikenal sebagai "stabilitas perlombaan senjata". Selama bertahun-tahlun "stabilitas strategis" telah menempati bagian penting bagi para pengambil keputusan. Konsep ini terdiri dari dua komponen, yaitu stabilitas krisis dan stabilitas perlombaan senjata. Berbeda dari stabilitas krisis (crisis stability), yang terutama mempelajari keuntungan dan biaya serangan pertama pada saat krisis, "stabilitas perlombaan senjata" (arms-race stability) terutama mempelajari keuntungan dan biaya penggelaran senjata-senjata baru pada masa damai.

Bagaimanapun kita melihatnya, perlombaan senjata merupakan masalah penting dalam studi hubungan internasional, dan terutama dalam pengkajian strategi, karena ia menjelaskan apa, mengapa dan bagaimana usaha salah satu negara untuk meningkatkan kemampuan nasionalnya melalui peningkatan kemampuan militer akan dapat mempengaruhi hubungannya dengan negara lain (Prins, 1984). Dua pendekatan pokok dalam studi ini adalah pendekatan yang menggunakan model model matematik (Richardson, 1960; Busch, 1970), dan pendekatan yang lebih mengutamakan masalah mekanisme dan tujuan perlombaan senjata (Busch, 1984: Russet, 1983). Keduanya mempunyai keandalan dan kelemahan tertentu seperti akan diuraikan di bawah ini.

Perlombaan Senjata dalam Perspektif Pengkajian Strategi: Mencari Model Afternatif

Perlombaan senjata selalu melibatkan beberapa unsur: pertama, kompetisi untuk memperoleh kekuatan militer; dan, kedua, kemenangan adalah tujuan dalam perlombaan itu. Tetapi pada umumnya literatur yang ada tidak mencerminkan semua unsur itu secara seimbang. Buzan selain mencatat bahwa peningkatan kemampuan sistem persenjataan suatu negara tidak selamanya berlangsung dalam suatu proses kompetisi yang ketat juga menekankan betapa semua itu tidak dimaksud untuk mencapai kemenangan yang menentukan (Buzan, 1983: 194-6).

Oleh sebab itu, istilah yang mungkin lebih tepat adalah "dinamika persenjataan" (arms dynamic). Konsep ini menjelaskan segala sebab yang menjadikan suatu negara meningkatkan kemampuan persenjataan melalui penyesuaian kuantitas maupun kualitas sistem yang telah dimilikinya. Idiom-idiom mengenai perlombaan senjata (Anggoro, forthcoming) dapat berlangsung dalam suasana sebagai berikut: pertama, dinamika simetris di mana kekuatan antara pihak-pihak yang berlomba dapat dibandingkan secara langsung karena memang sistem persenjataan itu (akan) digunakan untuk saling berperang. Penggelaran kapal-kapal perang oleh Britania Raya dan Jerman sebelum Perang Dunia Pertama, peningkatan rudal-rudal balistik antar benua (ICBM) antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada dasawarsa 1970an adalah sebagian dari beberapa contoh yang dapat disebut dan dianalisa memakai model ini. Konsekuensi pokok dari penggelaran senjata simetrikal ini adalah kecenderungannya untuk memperbesar target ratio dan kemampuan serangan pertama.

Kedua, dinamika asimetris, di mana perkembangan kuantitatif dan kualitatif sistem persenjataan yang tidak serupa, sebagaimana terlihat dari dinamika antara penggelaran kapal-kapal anti kapal selam (ASW), rudal-rudal canggih SS-25 milik Uni Soviet dan rencana penggelaran Perang Bintang di Amerika Serikat, Gejala ini pada umumnya dimaksud untuk meningkatkan kemampuan pertahanan, sisi pertahanan dari struktur penangkalan. Dalam perang konvensional ia dimaksud untuk menyerap kemampuan serangan lawan, sedang dalam perang nuklir ia dimaksud untuk meningkatkan kadar dan 'tingkat ketidakpastian yang akan diperoleh lawan dengan melakukan serangan pertama. Dan yang ketiga, adalah kombinasi antara dinamika simetris dan asimetris.

Interaksi Dinamik dari Dinamika Persenjataan
Dinamika persenjataan dapat berlangsung secara mengikuti beberapa pola, antara lain, (a) classical action-reaction model; (b) domestic structure model; (c) technological imperative; maupun karena (d) gabungan antara ketiganya. Model Aksi-Reaksi beranggapan bahwa negara-negara memperkuat sistem persenjataan mereka karena apa yang mereka anggap sebagai ancaman dari luar. Dengan demikian model ini mengandalkan penalarannya pada anarki internasional dan ancaman luar. Asumsi pokok dalam model ini adalah rasionalitas para aktor (karena arus informasi sempurna, dua pihak) dan bahwa aksi-reaksi merupakan dorongan yang deterministik pada dinamika persenjataan.

Model Aksi-reaksi. Model-model matematik bermanfaat untuk menjelaskan hal-hal tertentu. Richardson mampu menjelaskan dengan baik dan sistematik mengenai hubungan antar faktor yang mendorong dinamika persenjataan. Ia membedakan antara perlombaan senjata yang akan mengendur dengan sendirinya maupun yang akan memperkuat kecenderungan itu. Model ini tidak mernbedakan antara "perlombaan senjata" dan "peningkatan kennampuan senjata" (arrrs build-up)' yang mungkin didorong oleh faktor non-interaktif, Ia juga tidak menjelaskan perkembangan dati pergeseran doktrin pertahanan maupun implikasinya pada' "~x-trju~oarjana-IMIVI Hubungan Internasional

strategi yang dianut oleh suatu negara pada suatu kurun waktu tertentu. Meskipun demikian, model aksi-reaksi, dengan pengidentifikasian variable yang tepat untuk suatu masa tertentu, mungkin bisa menjadi alat analisa yang cukup memadai dalam menjelaskan tingkatan analisa sistem dalam hubungan stratE)giS.

Domestic Structure Model. Model lomestik beranggapan bahwa dinamika persenjataan lebih didorong oleh factor-faktor internal. Mernang nnodel ini tidak pernah mengatakan bahwa persaingan antar negara menjadi tidak relevan. Mereka hanya menggarisbawahi bahwa tat3nan domestik (ekonomi, politik) telah melembaga sedemikian kuat sehingga menggeser tekanan-tekanan luar yang semula menentukan arah dinamika persenjataan. Faktor luar masih tetap penting dalam memberi motivasi. Yang menjadi soal bagi pendekat2n ini adalah bahwa anggaran militer, procurements dan teknologi yang dipakai dalam dinamika itu adalah ditetapkan di dalam negeri. Dengan kata lain, apakah dinamika persenjataan akan mengikuti pola simetris dan/atau asimetris adalah persoalan yang semata-mata bersifat dornestik, misalnya strategi penangkalan, doktrin peilahanan.

Persoalan yang diangkat oleh mode! ini untuk melacalk struktur dan mekanisme domestik seperti apa yang mempengaruhi dinamika persenjataan. Studi kasus tentang Amerika Serikat, misainya, mempelajari pelembagaan riset kemiliteran, politik-birokrasi, manajemen ekonomi, dan politik domestik. Ancaman luar selalu merupakan bagian penting dari model ini, tetapi ia ditaf:3irkan dalam konteks domestik. Dengan perkataan lair, berbeda dari model aksi-reaksi yang bermanfaat pada tingkatan analisa sistem (interaksi antar negara), model domestik ini dapat menjawab pertanyaan-pertanayaan penting mengenai tingkah lakLI suatu negara; dan analisa politik luar negeri dapat menjadi pendekatan yang bermanfaat untuk menganalisis model ini.

Keharusan Teknologikal. Ada beberapa unsur yang belum terliput dalam dua model tersebut di atas. Kaitan antara teknologi militer dan sipil, misalnya, seringkali memainkan peranan penting dalam dinamika persenjataan. Pertama, karena tuntutan untuk perkembangan dan kemajuan teknologi tidak selamanya terletak pada teknologi militer, dan, kedua, karena sektor militer tidak dapat memisahkan dirinya dari kecenderungan perkembangan teknologi-teknologi tertentu yang memang berada di luar kendali mereka. Model/pendekatan ini terutama berlaku di negara-negara kapitalis maju yang memiliki komitmen besar pada inovasi teknologi sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi. Relevansinya bagi negara-negara berkembang terletak pada keharusan negara-negara itu untuk mengejar ketertinggalan teknologi (sipil maupun militer); ia dimaksudkan untuk "memelihara status quo militer" daripada "untuk mengantisipasi ancarnan luar". Dinamika persenjataan setelah berakhirnya Perang Dingin di beberapa kawasan (misalnya Asia Tenggara) mungkin lebih tepat dijelaskan dengan pendekatan ini daripada dengan dua pendekatan yang disebut terdahulu.

Relevansi masing-masing pendekatan berbeda dalam konteks analisa historis, studi kasus, dan/atau studi komparasi. Ini terutama disebabkan karena setiap faktor tidaklah memainkan peranan yang sama pentingnya dalarri kurun waktu yang berlainan. Ancaman Vietnam, misalnya, merupakan faktor pokok penggelaran senjata-s(-njata baru Thailand dalam dasawarsa 1970an dan 1980an; tetapi kemampuan ekonomi dan industri lokal mungkin merupakan faktor yang lebih penting di masa-masa mendatang. Dinamika hubungan persenjataan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada dasawarsa 1970an, yang ditandai oleh merosotnya kuantitas persenjataan, tetapi diwarnai oleh meningkatnva kecanggihan teknologinya, di kedua belah pihak mungkin memperlihatkan bahwa inovasi teknologi militer merupakan suatu fenomen global yang penting diperhitungkan.

Masalah-masalah dalam Pengkajian Dinamika Persenjataan
Logika Dinamika Persenjataan. Meskipun kombinasi dari pendekatan-pendekatan di atas mampu menjelaskan gejala dinamika persenjataan dengan perspektif yang lebih utuh, ia tidak dengan sendirinya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan penting yang menentukan magnitude dan arah dari dinamika persenjataan, terutama di negara-negara berkembang yang memang seringkali lebih tepat disebut sebagai military (arms) build-up daripada perlombaan senjata.

Arms build-up itu sendiri didefinisikan sebagai peningkatan secara spiral kemampuan militer suatu negara yang terlihat antara lain dari peningkatan belanja militer, peningkatan personel militer, dan modernisasi sistem persenjataan. Hal itu seringkali berkaitan dengan faktor-faktor lain dari persaingan antar-negara. Dalam konteks Asia Tenggara, misalnya, akuisisi senjata dapat terjadi karena beberapa elemen dalam perlombaan senjata. Faktor lain yang sering disebut sebagai memainkan peranan penting dalam akuisisi ini adalah kemampuan industri persenjataan lokal, pergeseran strategi dan doktrin pertahanan, peningkatan kemampuan ekonomi, dan kemudahan untuk memperoleh sistem persenjataan dari pasar internasional. Relevansi Analitikal. Analisa historis berusaha mengungkap dinamika persenjataan dari segi motivasi, lingkungan internasional, sebab serta pola penggelaran senjata baru. Analisa perbandingan memperhatikan pada latar belakang internasional (dan/atau regional), pola penggelaran, faktor-faktor domestik yang mendorong penggelaran senjata-senjata baru. Studi kasus bisa melihat ketiga faktor (atau lebih) yang dianggap memainkan peranan penting dalam din3mika persenjataan. Indikator Indikator adalah soal yang sangat penting terutama dalam studi-studi kuantitatif dan dalam studi perbandingan. Indikator yang dapat dipergunakan untuk menganalisa dinamika persenjataan adalah anggaran pertahanan (dalam harga konstant atau tingkat harga berjaian, sebagai proporsi dari GDP, dan pada basis perkapita), jenis persenjataan baru yang digelarkan (konvensional, nuklir). Persoalannya adalah tingkat relatif GNP (GDP) untuk suatu negara berbeda dari negara lain, misalnya karena anggaran pertahanan suatu negara pada umumnya mengkover sektor pembiayaan yang berbeda dari satu negara dengan negara lain.

Penutup: Konsekuensinya Pada Dinamika Persenjataan
Akibat dari relevansi masing-masing pendekatan yang disebut diatas mungkin terlihat jelas pada tema perkuliahan mendatang, pengendalian (pengaturan) persenjataan (arms control). Pendekatan aksi-reaksi dengan sendirinya memerlukan suatu strategi yang efektif untuk pengaturan sistem persenjataan, terutama oleh karena meningkatnya kemampuan pertahanan suatu negara dapat dianggap sebagai meningkatnya kadar dan bobot ancaman pada negara lain. Ia dapat dilakukan relatively terpisah dari hubungan internasional. Sebaliknya, jika motivasi utama suatu dinamika persenjataan negara-negara dalam sistem internasional didorong oleh struktur domestik dan/atau keharusan teknologi, usaha pengaturan persejataan mungkin harus dilakukan dalam kaitannya dengan pembentukan suatu tata internasional yang baru.

Bahan Bacaan
Acharya, Amitav. "An Arms Race in Post-Cold War Southeast A'sia: Prospecs for CoArol".
Pacific Strategic Papers. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 1994.
Anwar, Dewi Fortuna. "The Rise in Arms Purchases: Its Significance and Impacts on
Southeast Asian Political Stability. Indonesian Quarterly Vol. XXII, No. 3 (1994): pp. 247-259.
Gray, Colin S. "The Arms Race Phenomenon", World Politics 24 (1972): pp. 39-79.
Huisken, Ron. Limitations of Armaments in Southeast Asia: A Proposal. Canberra Papers on
Strategy and Defence No. 16. Canberra: Australian National University, 1977.
Leksono-Dharmawan, Ninok. "Akuisisi Senjata RI dan Anggota ASEAN Lain, 1975-1990:
Suatu Kajian atas Riwayat, Pola, Konteks dan Logika". Ph. D. Dissertation, Post-Graduate
Programme, Universitas Indonesia, 1992.
Richardson, Lewis Fry. Arms and Insecurity: A Mathernatic Study of the Causes and Origins
of War. Pittsburgh: Boxwood Press, 1960.
Russett, Bruce. The Prisoners of Insecurity: Nuclear Deterrence, the Arms Race, and Arms
Control. New York: W.H. Freeman and Company, 1983.
Thee, Marek . "Third World Armament: Structure and Dynamics", Bulletine of Peace
Proposals Vol. 13, No. 2 (1982): 113-17.

2 komentar:

ISU-ISU HI mengatakan...

wah,, mantap man,, sangat jelas.

aq lagi nyari bahan buat referensi UTS, aq gk ada catatan soalnya,, hehehe,,

Thanks;
Regards
International Relations

Technology Electronics mengatakan...

Makasih udah memposting tentang ini..Slm knal..